Kata Mutiara Salaf Nasihat tentang Waspada mengambil Teman Duduk
Hadits nabi tentang teman duduk;
Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ
وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا
أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رَيْحًا طَيِّبَةً،
وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ
مِنْهُ رِيْحًا خَبِيثَةً
“Permisalan
teman duduk yang saleh dan teman duduk yang buruk seperti penjual misik
dan pandai besi. Adapun penjual misik, boleh jadi ia memberimu misik,
engkau membeli darinya, atau setidaknya engkau akan mencium bau
harumnya. Adapun pandai besi, boleh jadi akan membuat bajumu terbakar
atau engkau mencium bau yang tidak enak.”
Kata mutiara dari ulama salaf tentang teman duduk
قال خالد بن حميد :سمعت الإمام مالك رحمه الله يقول :عليك بمجالسة من يزيد في علمك قوله ويدعوك إلى الآخرة فعله وإياك ومجالسة من يعللك قوله ، ويعييك دينه ، ويدعوك إلى الدنيا فعله .
Berkata : ' Kholid bin Muhammad: aku mendengar Imam Malik rahimahullah mengatakan: wajib atas kalian duduk bersama orang yang ucapannya akan menambah ilmu mu, perbuatannya mengajakmu kepada akhirat. Dan waspada dari duduk-duduk dengan orang yang ucapannya menyakitimu, agamanya meletihkanmu, dan perbuatanya mengajakmu menuju dunia.
[ ترتيب المدارك ص 64 ]
Mengambil teman duduk adalah perkara yang sangat penting akan tetapi banyak yang kurang memperhatikan. Padahal mengabaikan perkara ini bisa menjadi bumerang dan bisa saja menjadi bom waktu serta bahaya laten. Bagi mereka yang tidak memperdulikannya
Pilihlah teman duduk yang baik
Memilih teman duduk sebaiknya seseorang yang memilih dari orang-orang yang dikenal baik akhlaknya. Dan diyakini akan bisa berta'awun atau saling membantu di dalam kebajikan di dalam ketaatan kepada Allah subhanahu Wa ta'ala.
Jauhi teman yang fasik
Demikian pula sebaliknya kita juga harus menjauhkan diri dari orang-orang yang buru. Dimana yang termasuk di dalamnya adalah ahlul bidah, Pemikir-pemikir yang menyimpang, tersesat, serta pengekor hawa nafsu yang ujung-ujungnya mereka nanti akan mempengaruhi kita di dalam ketaatan kepada Allah subhanahu Wa ta'ala.
Inilah yang terkandung di dalam hadits Abu Musa Al Asy'ari Rohimahullah di atas, yang harus kita cermati bersama, dan hati-hati sekali dalam menjalankannya.